Kata setan, jin,
dan malaikat tentu sudah lazim dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian
kalangan menyebut mereka sebagai makhluk astral - sebutan populer masa kini
untuk para makhluk ghaib atau tak kasat mata. Iblis ini adalah dedengkot alias
Raja Setan. Ia adalah nenek moyang setan seperti halnya Nabi Adam yang
merupakan nenek moyang manusia. Baik manusia maupun jin adalah makhluk yang
Tuhan ciptakan untuk menyembah-Nya. Barangsiapa di antara mereka sesat dan
menyesatkan umat-Nya berarti dapat disebut pula sebagai setan dari golongan jin
dan manusia.
Adapun iblis bisa
disebut sebagai biang kerok berbagai kejahatan yang timbul di muka bumi ini. Kedengkian
terhadap manusia membuatnya berjanji untuk menyesatkan seluruh anak cucu Adam
kecuali hamba-Nya yang mukhlis. Melalui tipu dayanya, dijadikan indah segala
dosa dan maksiat di hadapan manusia. Padahal sejatinya manusia dilahirkan
bersih, suci dan lurus. Namun, terlampau banyak berkecimpung dengan dosa
membuat manusia menjadi keiblis-iblisan. Dosa membuat iblis dan bala
tentaranya leluasa menguasai manusia sehingga mereka jauh dari kebenaran.
Namun, bicara mengenai
peristiwa kesetanan adalah sebuah fenomena berbeda. Kesetanan atau
disebut juga kesurupan sebetulnya adalah peristiwa merasuknya jin ke dalam
tubuh manusia. Penyebabnya beragam, bisa karena jin jatuh cinta dan bersyahwat
pada manusia, manusia bersikap jahat pada jin (misalnya dengan membuang air
panas ke saluran air tempat tinggal jin) atau manusia yang berada dalam keadaan
marah/sedih/takut/melamun/syahwat berlebih. Untuk mengusir jin yang berada
dalam tubuh, ruqyah adalah cara yang paling sesuai dengan syariat Islam.
Mendatangi dukun atau paranormal adalah sebuah kesyirikan atau menyekutukan
Tuhan. Hal tersebut dilarang keras
dalam agama.
Agar terhindar dari
tipudaya setan, manusia hendaknya kembali pada tujuan ia diciptakan yaitu
beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Dengan kuasa untuk memilih baik atau buruk
yang dianugerahkan-Nya, pilihan untuk bertakwa pada Tuhan akan mengangkat
derajat manusia di atas para malaikat. Mengapa demikian? Karena malaikat
sendiri diciptakan tanpa hawa nafsu maupun kecenderungan pada hal-hal duniawi,
mudah saja bagi mereka untuk taat. Sementara manusia dengan godaan di
sekelilingnya menghadapi banyak tantangan untuk tetap taat pada perintah-Nya.
Kesanggupan untuk mengatasi seluruh godaan setan serta hawa nafsu yang buruk inilah
kelak yang akan Ia ganjar di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar