Siang itu, jalanan
begitu mencekam. Puluhan anak berseragam SMA dengan wajah beringas merangsek masuk ke dalam metromini. Mereka memaksa semua
penumpang turun. Sebuah pembajakan! Sopir yang ketakutan terpaksa menuruti
permintaan para begundal itu menuju lintasan yang mereka kehendaki. Pada
ruas jalan yang ia lalui, nyaris tiada metromini jurusannya berani-berani
melintas bagai terjadi aksi pemogokan. Rupanya mereka telah
mendengar kabar bakal ada tawuran hebat sehingga bergegas mengamankan diri.
Beruntung betul! Sepanjang perjalanan, sang sopir terus menahan rasa was-was.
Menakutkan kalau berandalan ini sampai emosi! Bisa hancur metromini tempat ia
menggantungkan nafkah! Namun, argh sial! Tinggal
satu ruas jalan lagi sampai ke lokasi yang diinstruksikan, mesin mendadak mogok.
Seruan kecewa membahana.
“Dasar rongsokan, mogok aje lu! Bodi doang gede, besinya barang loakan!” pekik seorang anak disusul
oleh caci maki bersahut-sahutan. Wajah sang sopir langsung pucat saat itu juga.
“M...m... maaf dek, Abang
bukannya nggak mau nganterin lu pade ke situ. Tapi pagimane lagi mobil gue pas mogok. Sori ya, sori ya...,” ia mati-matian minta maaf
sambil membungkukkan badan.
“Yaelah, gimana sih? Ayo turun semua! Turun!” seorang siswa
mengomando teman-temannya. Sampai siswa terakhir turun, sang sopir baru bisa
menghembuskan napas lega. Sekitar 100 meter dari kemudi tampak anak SMA lawan siap-siap
menghadang. Di tangan mereka sudah terhunus samurai, golok, sabuk besi serta
gir. Suasana bagai medan perang! Sang sopir segera berlari turun menuju
minimarket terdekat.
“Maaf dek, saya ikut
sembunyi di sini ya! Barusan metromini saya dibajak mereka untuk nganterin ke
sini. Saya takut kenapa-napa kalau tetap di sana,” mohonnya pada sang kasir.
“I... iya Pak, silakan,”
jawab sang kasir dengan wajah sama tegangnya. Mereka berdua tak berani berada
dekat pintu maupun jendela takut terjadi apa-apa. Kemudian terdengar pekikan
yang diiringi oleh segala teriakan dan kata-kata kasar serta aksi brutal antar
pihak yang berseteru. Sang sopir masih menahan napas. Tak henti-hentinya ia
menyebut nama Tuhan untuk menenangkan diri. Begitu pula sejumlah orang yang
kebetulan lewat di sekitar sana dan berlindung di balik tembok minimarket.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar