Festival Bandung Tempo
Doeloe itu kian meriah saat tampilnya Kelompok Orkes Keroncong “Gaja Baroe”
yang dibawakan oleh sejumlah musisi muda. Suara biola mengalun syahdu mengawali
pembukaan lagu lawas berjudul “Bandung Selatan di Waktu Malam.” Serombongan
pria-wanita, tua-muda mampir dulu di depan panggung untuk menyaksikan pertunjukan
lagu-lagu yang pernah tersohor pada masa lampau. Tak seperti orkes
keroncong lampau yang banyak mengadaptasi alat musik yang terdapat pada
gamelan sebagai pelengkap, orkes keroncong masa kini memadukan vokal dengan
alat musik berupa ukulele, gitar akustik, biola, flute, cello dan kontrabas. Namun
alat musik apa pun itu, suara yang dihasilkan tetap prima karena kemampuan bermusik para personelnya. Piawai betul sang
pemain selo membawakan melodi mendayu yang seolah mengajak pendengar berkunjung
ke zaman dahulu. Sebuah masa di mana jalanan kota Bandung masih dipenuhi
oleh dokar. Di sisi trotoar, noni Belanda berjalan santai sambil mengobrol
dengan sesamanya. Penjual tahu gejrot maupun peuyeum dan rujak bebek berjajar
di pinggir jalan sambil menjajakan dagangan. Di bawah pepohonan besar, para
tukang cukur duduk menanti rezeki. Angin sepoy-sepoy berhembus tenang menambah
sejuk udara Kota Bandung. Mendengarkan lagu keroncong bagai menghampiri
keabadian. Melodinya akan senantiasa membangkitkan kenangan di masa
mendatang. Semoga musiknya tetap abadi bagi sekian generasi nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar