Bersih hati niscaya
menjadi kondisi ideal setiap insan yang beriman. Kebersihan hati ini
sering kali tampak melalui raut muka yang jernih. Kejernihan raut
muka didapat oleh orang yang senantiasa menjaga alam pikirannya agar selalu
berada dalam koridor. Orang bijak pernah berkata, untuk menjadi orang baik
perlu kontrol diri yang kuat. Kendali diri berperan dalam menjaga sikap manusia
agar tidak menjerumuskan diri sendiri maupun orang lain.
Dosa senantiasa dikaitkan
dengan kenikmatan hidup manusia. Seperti halnya alkohol yang melenakan pikiran,
dosa pun memiliki kemampuan untuk membuat manusia terlupa pada Sang Pencipta. Satu
kesalahan yang dibuat seseorang membuat setitik noda tertera dalam hatinya. Semakin
banyak dosa dilakukan seseorang, kekotoran hatinya kian bertambah. Jika
dosa dilakukan terus menerus, lama kelamaan cahaya di hati akan padam. God Spot di tiap hati manusia bertambah
sulit terlacak. Akibat paling fatal ialah terciptanya suatu keadaan yang
dinamakan Qalbun Mayyit. Ini kondisi
yang teramat berbahaya bagi setiap orang. Pada hakikatnya, bintik kotor di hati
adalah penyakit. Jika bintik yang ada masih sedikit, manusia lebih mudah dalam
mengobatinya yaitu segera bertobat. Namun kian banyak titik kotor berupa
bintik hitam itu menutupi hati, manusia kian mati rasa. Akhirnya, ia berjalan
di muka bumi seolah tanpa arah.
Bagai mayat hidup pandangan, pendengaran dan hatinya tertutup. Ia tak bisa lagi
membedakan baik-buruk maupun benar-salah. Sesungguhnya, itulah sebesar-besar
penderitaan manusia yakni jauh dari kebenaran dan jauh dari Tuhannya. Karena
sejatinya, Tuhan adalah belahan jiwa setiap insan yang hidup di bumi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar