Lila melucuti pakaiannya
kemudian membasuh diri di bawah shower. Dito, sang suami tengah menunggunya
selesai mandi di kamar. Lila menghela napas, memandang langit-langit. Tergambar
wajah suaminya di sana. Lima menit tak bertemu saja ia sudah dirundung rindu. Dito
bagai jiwanya sendiri. Betapa beruntung menikahi seorang cinta sejati.
Tak semua orang mendapatkannya.
Lila mematikan shower
kemudian mengeringkan badan dengan handuk lembut. Ia menjemurnya di
jemuran besi depan kamar mandi. Di tempat tidur, Dito duduk memandangi tubuh
indah Lila sambil tersenyum. Berapa kali pun memandangnya, ia tak bisa menahan
decak kagum. Raut wajah
Lila babyface. Bibirnya merah penuh. Rambutnya sedikit ikal. Saat
melempar
pandangan tersipu, Dito kian bergairah.
Lila berjalan dengan
tenang ke arah Dito yang masih tiada henti menatapnya. Dito bangkit dari tempat
tidur lantas memeluknya dari belakang. Ia mendekatkan hidung ke belakang
telinga Lila. Sesuatu dalam perutnya bergejolak. Jantung Lila berdegup saat
Dito mulai membelai tubuhnya perlahan. Kemudian ia membopong Lila ke tempat
tidur. Mereka berciuman mesra. Lila mendekap tubuh tegap Dito. Ada sesuatu yang
lembut menyentuh dada Dito. Ringan, menggelitik, membawanya ke angkasa.
Cukup lama mereka
melakukan foreplay sebelum melangkah
ke persebadanan. Sesekali terdengar gelak tawa maupun desahan manja saat
membisikkan rayuan di telinganya. Hidung mereka beradu, seperti dua pasang bola
mata itu. Hingga akhirnya mengantarkan mereka berdua pada
bibir yang terpagut.
Setelah Dito mendekapnya
dari depan. Jantung Lila berdetak kencang. Pada saat seperti itulah biasanya
mereka mulai bersetubuh. Wajah Dito semikian dekat dengannya. Pelukannya
bertambah erat. Semua terjadi begitu cepat saat Dito menghunjamkan benih ke
dalam tubuhnya. Mereka berdua bagai helaian bulu yang terbang ke langit. Bersatu
dalam kesejiwaan. Begitu rileks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar