Semasa kuliah di Fakultas Ekonomi, Rinda menclak-menclok
ke sana kemari, tidak ikut salah satu geng. Sementara Lusi akrab dengan
gengnya yang terdiri atas 4 orang. Geng tersebut
sangat eksklusif, tak bisa dimasuki sembarang orang termasuk Rinda. Salah satu
anggora geng itu adalah si cantik Devi. Ketika itu, Devi
berpacaran dengan Indra. Namun perlahan hubungan mereka putus di tengah jalan
saat Indra memutuskan berkarier di luar kota. Devi sendiri adalah seorang gadis
yang pikirannya sangat negatif. Hampir semua rekan sekelas tidak menyukainya kecuali
geng atau cowok yang naksir dia. Risa, salah satu teman
sekelas Rinda pernah mendesis kesal. Ia sedikit curcol mengenai
ketidaksukaannya pada Devi. Pernah suatu ketika ia menawari Indra naik motor
bareng. Devi langsung membentak dan marah seolah
propertinya direbut.
“Posesif banget sih dia,
cemburuan banget!” gerutu Risa. Rinda manggut-manggut
setuju. Memang sih, pasangan itu ke mana-mana selalu lengket bak perangko. Saat
bukan jam kuliah, Devi selalu kedapatan sedang memeluk Indra manja. Jengah saja
rasanya melihat orang yang berpacaran begitu tergila-gila! Terlebih sejak
mereka pacaran, rekan-rekan Indra menjauh karena waktunya tersisa untuk Devi
seorang.
Menurut Rinda pribadi
sih, keseluruhan sifat Devi agak menyebalkan. Kalau mau dibilang secara
lebih positif, mereka berdua tidak cocok. Devi adalah gadis kaya yang cantik
dan cerdas. Akan tetapi, pembawaannya murung. Kata-katanya pun sarkastis, tak
enak didengar. Ucapannya sering terdengar sinis dan lagaknya sombong. Sifatnya
yang pesimis membuat Rinda ogah dekat-dekat kalau tidak terpaksa. Tak jarang Devi
melontarkan prasangka buruk pada si ini atau si itu. Membuat jengah siapa pun
yang mendengarnya. Tidak hanya itu, ia pun mudah iri hati jika melihat salah
satu teman berprestasi atau mendapat nilai lebih tinggi. Oooh, benar-benar tak
sehat berteman dengannya! Anehnya, kesemua hal tersebut seolah tak dilihat
oleh anggota geng itu. Devi dielu-elukan bagai pusat perhatian di dunia mereka
sendiri.
Namun, ada pengecualian
di balik negativitasnya. Entah mengapa, banyak betul cowok mengantri
untuk menyatakan cinta atau sekadar mengirimkan salam! Di luar gaya ketusnya, Devi
bertubuh tinggi semampai. Ia punya kulit putih yang pucat indah. Suaranya
merdu. Gayanya pun feminin. Tapi, yakin nih cowok-cowok itu kuat mendengar komentar
negatifnya setiap hari? Kalau jadi cowok sih, Rinda memilih ngacir! Tapi
namanya juga cowok, sejelek apapun watak cewek itu, yang penting cantik kali
yaa, batinnya lagi.
Saat terakhir kali Rinda
bertemu Lusi, ia keceplosan mengatakan bahwa istri
Indra memiliki raut mirip Devi namun wataknya lebih
ceria.
“Devi juga ceria kok,”
komentar Lusi. Terdengar tersinggung patronnya
dikritik. Seketika Rinda menutup mulut. Aduh, lagi-lagi salah bicara deh!
Lagi-lagi aku nggak sensitif!
Sejak saat itulah, Lusi seolah malas menyapanya. Padahal, dulu-dulu tiap jam kantor mereka
selalu chatting di yahoo messenger. Sekarang? Boro-boro!
Memang, selepas lulus
kuliah kisah cinta Devi dan Indra agak
complicated. Devi yang curigaan acapkali menuduh Indra selingkuh setelah
mereka LDR. Rupanya itu juga yang menjadi bom waktu bagi
putusnya hubungan mereka berdua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar