Fitri sedang memilah mie
instan kemasan di sela matanya tertumbu pada pasangan suami istri yang
sedang memilih susu untuk ibu hamil. Ia tersentak. Rizki, mantan pacarnya! Ia
mundur ke rak di belakang deretan susu kental manis. Kepalanya agak merunduk
agar tak terlihat oleh Rizki. Suami istri itu berdiri berimpitan. Raut
wajah mereka tampak bahagia. Fitri memperhatikan sosok wanita itu dengan
jantung berdegup dari sela-sela rak shampoo. Dia cantik. Kulitnya putih
bersih, bulu matanya lentik mencerminkan ciri khas oriental. Rambutnya hitam
panjang melampaui bahu. Persis di atas dahi, rambut wanita itu ditarik ke belakang
dan diganjal dengan sisir jepit hingga terkesan rapi. Tinggi tubuhnya sedikit
melampaui bahu Rizki. Di bibirnya terpulas gincu merah, kontras dengan giginya
yang putih bersih. Saat tersenyum, ia begitu menawan. Tubuh Fitri gemetar. Hatinya
bagaikan terimpit sesuatu. Sesak! Mengapa Rizki sama sekali tak memberi
tahu kalau ia sudah menikah? Sebetulnya jarak ia dengan tempat suami
istri itu memilih susu untuk ibu hamil tak terlampau jauh. Namun, batinnya
dengan Rizki sudah sangat berjarak.
Kemudian, sang istri
bergerak ke daerah lain. Rizki tetap berada di tempat susu ibu hamil. Fitri
nekat menghampirinya. Seketika mulut Rizki menganga. Kilas balik berbagai
peristiwa berseliweran di kepalanya. Termasuk kisah cinta mereka yang kandas
setahun lalu. Selama beberapa saat mereka berdua saling berpandangan. Atmosfer
kurang menyenangkan menggelayuti udara.
“Kamu sudah menikah
kenapa dulu nggak kirim undangan?”
tanya Fitri lirih dengan pandangan menuduh. Rizki tak bisa menyembunyikan raut
wajahnya yang merasa bersalah.
Namun, belum sempat ia
menjawab, sang istri telah datang. Wajahnya tampak tak senang melihat kehadiran
Fitri.
“Siapa?” tanyanya pada
Rizki dengan sorot mata curiga.
Rizki menggelengkan
kepala. Gelagapan, “Nggak tahu Sayang, aku lupa...” Setitik air mata
menggenang di pelupuk mata Fitri.
“Maaf Mbak, saya keliru menyapa
orang,” katanya sambil berlalu dengan langkah terburu-buru.
Tinggal wanita
cantik itu menatap mereka berdua bergantian dengan pandangan penuh tanda tanya.
Setelah agak jauh, Fitri
tak kuasa lagi menahan tangis. Ia segera pergi ke toilet dan menangis
sepuasnya. Ternyata sifat Rizki masih tidak berubah. Dasar pembohong besar! Ia mengelap
ingusnya dengan tisu. Bisa-bisanya Rizki bersikap pura-pura tidak kenal? Tidak
ingatkah bahwa dulu ia pernah merasakan tubuh Fitri? Ia pula yang merayu
habis-habisan sehingga Fitri kehilangan pertahanan dan memberikan mahkotanya
yang paling berharga! Kemudian, ia menghilang tanpa kabar dan menikah dengan
wanita yang lebih cantik? Keterlaluan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar