Sakit kanker ibuku saat
itu berada dalam stadium yang sudah tak bisa disembuhkan. Setelah menjalani
sekian operasi dan terapi, dokter
mengangkat tangan. Akhirnya, ibu hanya beristirahat di rumah. Tiap hari, aku
dan ayah menungguinya terpekur memandang ke luar jendela itu. Daun pohon mapel
berjatuhan. Saat itu musim gugur. Sama seperti saat ini. Aku ingat raut
tenangnya seolah siap menjemput ajal. Tak lama kemudian, ibu memang tutup usia.
Ayah menyusul tiga bulan kemudian.
Sepeninggal mereka,
kesunyian mencekamku setiap kali berlalu lalang di rumah itu. Saat aku memandang
ke luar jendela, suasana tetap tak berubah. Hening. Kawasan perkotaan di sekitar sini memang mulai ditinggalkan oleh
manusia. Pertumbuhan penduduk mulai negatif. Satu per satu dari para senior
tutup usia. Tidak lagi kulihat sosok mereka yang tertatih berjalan menuju taman
kota sambil menikmati masa tua. Toko-toko di pusat kota ditutup sedikit demi
sedikit. Kita tak akan mendengar suara anak kecil bernyanyi riang di jalanan. Atau
remaja bermain skate board di taman kota. Hanya pepohonan yang menjadi tanda
bahwa masih ada sedikit kehidupan di permukiman ini.
Rasa rindu menyergapku. Di
meja makan kayu yang mulai lapuk ini dulu kami setiap hari makan bersama. Pie
apel buatan ibu adalah yang paling enak di dunia. Lalu, pandanganku berhenti
pada pintu di lantai atas. Itu adalah kamarku sejak kecil hingga dewasa. Saat
aku membuka pintu, kertas dinding itu terlihat lapuk. Mulai terkelupas
sana-sini. Teddy bear di atas meja belajarku berselimut debu. Aku menyapu
kotoran tersebut dari kepalanya lalu mendudukkannya lebih tegak di atas tempat
tidurku. Kemudian aku pun berlalu. Terlalu banyak kenangan di rumah ini yang
membuat hatiku sakit setiap kali mengingatnya.
Aku berjalan ke luar
rumah sambil memasang papan di pintu muka rumahku. “Sold Out”. Rumahku telah dijual pada sebuah keluarga yang tinggal di pedesaan tak jauh
dari kota ini. Aku suka keluarga itu. Pasangan suami istri yang harmonis dengan
5 anak mereka yang ceria. Aku berharap, kehadiran mereka dapat menciptakan
kenangan yang lebih indah di rumah ini dan memberi napas baru pada kota ini.
Aku memandang rumah itu,
mungkin untuk yang terakhir kalinya. Aku telah memutuskan untuk tinggal di
sebuah desa yang berjarak amat jauh dari sini. Aku ingin membangun hidup
yang baru di sana. Selamat tinggal semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar