Selasa, 10 Februari 2015

Deskripsi H-15: Manis

Rena terisak di kamat kost-nya. Apa salah dia sampai Dion tega mengusirnya semalam? Memang, bibinya baru datang dari Pontianak. Namun, apa tak boleh ia bermalam hingga pagi menjelang dan aman baginya pulang seorang diri? Toh di sana ia tak berulah macam-macam. Bahkan meski hampir tiap pekan Dion bermalam di kost-an Rena menemani malam-malam panjang, mengajaknya bercinta.
Ia bombardir segala keluh kesahnya tentang Dion ke nomor ponsel para sahabat yang memahami kepahitan ini. Ia tak peduli lagi meski nanti Dion marah-marah setelah mengecek ponselnya dan mengetahui apa yang baru ia lakukan. Dimarahi, dipukul, ditampar atau apa pun Rena sudah tak peduli. Jalinan cinta mereka sudah berjalan 6 tahun. Awalnya memang indah. Sampai sekarang pun masih manis diingat meski juga pahit.   

Sebagai anak perantauan yang menempuh studi di Bandung, sejak berhubungan dengan Dion Rena tak lagi merasa sendirian. Dion selalu menghujaninya dengan perhatian dan hadiah. Meski temperamental, Rena tetap bersabar dalam penantian panjang. Ia berharap cinta dapat mengubah segalanya. Saat Dion emosi, Rena selalu mengelus dada: “Dion mungkin sedang lemah,” pikirnya. Mereka sering bertengkar. Namun sebagai wanita Rena kalah tenaga. Jika tak sengaja mengatakan hal yang membuat Dion tersinggung, pukulan bisa mendarat di sekujur tubuhnya. 
 
Sakit memang diperlakukan seperti itu. Namun ia terlanjur menyerahkan mahkotanya. Lagipula, toh Dion selalu tampak amat menyesal setelah mengata-ngatai dan memukulnya. Ia akan mempermanis permohonan maafnya dengan berbagai hadiah mahal. Maklum, Dion memang anak orang berada. Kemudian, Evan memperindah semuanya dengan mengajak Rena makan di tempat mahal. Ia akan mengatakan hal romantis yang membuat Rena tersentuh. Dan dengan mudahnya Rena memaklumi Dion. 
 
Namun ini sudah tahun keenam. Dan dengan pengusiran tempo hari, rasanya klimaks! Detik itu juga Dion membatalkan rencana pernikahan mereka. Hati Rena hancur.

1 komentar: