Gian memandang penuh
kebencian pada toko buah yang berada persis di hadapan tempatnya berjualan. Orang
baru sudah belagu! Gumamnya. Kesal
betul ia melihat jumlah pelanggan toko yang jauh berkurang sejak Amat
membuka toko di situ. Padahal, ia sudah memperbanyak item barang
jualannya. Tak sedikit dana telah keluar untuk membuat rak, peti dan
lemari yang bisa membuat orang mengunjungi tokonya karena display yang menarik.
Namun, tidak banyak yang membeli buah di tokonya. Sehari jumlah
pembeli hanya 4-5 orang. Sementara toko buah Amat bisa 20-30 orang per hari. Gian resah saat menjumlahkan
omzet jualan bulan ini. Benar-benar menurun drastis! Apa ia harus berganti
bidang usaha? Pikirnya putus asa.
Satu hal yang tidak Gian sadari mengapa tokonya ditinggalkan pelanggan ialah karena ia
gemar menyedikitkan timbangan. Dengan sedemikian rupa ia mengutak-atik
timbangan sehingga pembeli tertipu. Memang, untuk tahap awal ia meraih untung.
Namun, lama kelamaan ia terkenal sebagai penjual tukang tipu. Padahal saat
pertama kali membuka toko pelanggannya cukup banyak karena ia jujur dalam
timbangan. Kini, ia mulai ditinggalkan. Terlebih ketika Amat membuka toko buah
persis di depan tokonya dan senang memberi bonus buah-buahan pada para
pelanggan, toko Goni kian sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar