Selasa, 31 Maret 2015

Deskripsi H-64: Soal



Apa pun yang mampir dalam pikiran, itulah yang ia tulis. Mengenai kualitas tulisan tidak jadi soal yang penting kuota terpenuhi. Kursus menulis online ini memang perlu konsentrasi serta kesabaran ekstra. Dan idealisme untuk langsung menulis sesuatu yang hebat hanya akan menciptakan masalah baru. Masalah yang paling nyata ialah: tulisannya nggak kelar-kelar! 

Tidak setiap hari ia bisa menulis. Persoalannya terkadang pikiran mandek, tak bisa diajak kerja sama. Kalau tidak ada ide tak bisa dipaksakan. Lebih baik melakukan hal lain, siapa tahu dapat inspirasi. Di lain waktu, ilham bisa mengalir begitu deras sehingga tercipta beragam jenis tulisan. Pada saat inilah ia berusaha menulis sebanyak mungkin. 

Permasalahan kesibukan membuatnya tak sempat mencermati aturan tata bahasa seperti yang dijelaskan dalam buku. Namun, ia tak terlampau merisaukan hal itu. Toh saat jadi penulis nanti editor lah yang akan mengurusnya. Sudah ada jawaban. Lebih baik membaca buku dari beragam genre. Dengan demikian ia akan terlatih memiliki banyak sudut pandang dan jawab beragam tantangan dalam dunia kepenulisan. Akan tetapi, ia sebenarnya berharap suatu hari nanti memiliki kelonggaran waktu untuk mempelajari aturan tata bahasa tersebut.

Senin, 30 Maret 2015

Deskripsi H-63: Maskulin

Suara musik berdentam, menghentak lantai dansa. Lupakan segala persoalan, biarkan semua larut dalam alunan musik disko! 

Malam masih pagi. Andrea belum turun ke lantai dansa. Ia masih perlu mengisi kerongkongannya yang haus dengan segelas minuman soda. Ia memandang ke arah kaca bar dan merapikan rambut. Rambutnya yang dicat pirang dipotong lurus sebahu. Hidungnya ditindik, namun telinganya tidak. Lipstiknya merah menyala. Busananya hitam-hitam. Gaun malam dibalut dengan jaket kulit yang penuh asesoris paku-paku. Ia mengenakan sepatu boot selutut dan stocking hitam. Itulah Andrea, gadis yang memilih berdandan androgin daripada feminin. Selain itu, ia pun menganut paham feminisme. Tidak masalah tidur dengan pria mana pun yang membuatnya jatuh cinta. Hidup itu harus dinikmati, batinnya sambil mulai menyalakan rokok. Ia meniupkan asap rokok ke udara, memandang mereka yang sedang asyik mengayunkan badan. 

Tak sengaja matanya bertatapan dengan seorang pemuda yang tampak maskulin. Posturnya tinggi tegap. Cukup atletis, jantan! Rambutnya lurus berponi dipotong pendek model sekarang. Poni tersebut tak mampu menutupi wajah tampannya. Rahangnya kokoh menampakkan maskulinitas. Salah satu telinganya ditindik. Ia mengenakan kaos kelabu berkerah v dengan balutan jaket kulit perlambang kejantanan. Celana jeansnya pas di badan. Sepatu pantofelnya berkilat. Lengan kirinya mengenakan gelang model tali. Pemuda itu tersenyum nakal ke arahnya. Mata yang berkilat itu bagai mengajak bermain api. Andrea balas tersenyum dengan pandangan mata menantang. Kamu boleh juga ya, seringainya. 

Tak seberapa lama kemudian, pemuda itu datang menghampirinya. Berani juga dia!
“Ricky,” sahutnya sambil mengulurkan tangan. 

“Andrea,” sambut gadis cantik itu sambil tersenyum. 

“Mau nge-dance?” tawar Ricky dengan gestur atraktif. Andrea memperhatikan postur tinggi dan machonya dari atas ke bawah. Ia mulai tertarik pada pemuda satu ini. 

“Siapa takut?” tantangnya.

Minggu, 29 Maret 2015

Deskripsi H-62: Trend



Tiada pakem yang jelas dalam trend busana masa kini. Apakah sporty, casual, feminin ataupun maskulin, setiap orang bebas menentukan pilihan. Tidak seperti zaman sebelumnya di mana generasi muda bagaikan ‘disetir’ dalam berbusana, mode saat ini berkembang dengan cara yang berbeda. Barang usang bisa disulap menjadi modis melalui kepandaian padu padan. Tempat penjualan barang second dari luar negeri seperti Singapura, Jepang, Korea maupun Tiongkok menjadi salah satu lokasi perburuan favorit anak muda berkantong cekak yang ingin tampil trendi. Keusangan tidak menjadi soal selama memiliki kreativitas. Dengan mix and match, barang-barang bekas ini bisa disulap menjadi busana yang sulit ditemui padanannya di pasaran. Ibaratnya bahwa pakaian mencerminkan identitas, inilah yang ditunjukkan oleh generasi muda masa kini dalam memperlihatkan orisinalitasnya.

Sabtu, 28 Maret 2015

Deskripsi H-61: Tradisi



Modernitas yang melanda kawasan perkotaan di Indonesia rupanya tak sampai membuat sebagian orang kehilangan akarnya. Termasuk dalam trend arsitektur, adat istiadat masih menjadi satu hal yang dipertimbangkan dalam merancang rumah tinggal. 

Sebagai negara beriklim tropis, agaknya bangunan bergaya tradisional semi modern menjadi ‘penyelaras’ antara perkembangan zaman dengan warisan nenek moyang. 

Mbak Mia ialah salah seorang profesional muda yang memiliki idealisme seperti itu. Tak ingin melupakan tradisi, ia dan suami memutuskan untuk merancang sebuah rumah tinggal yang berkesan natural namun mampu mengakomodir kebutuhan gaya hidup masyarakat modern. Ornamen kayu yang dominan dalam furnitur seolah ingin menggambarkan kedekatan mereka dengan adat maupun alam di sekitarnya.

Jumat, 27 Maret 2015

Deskripsi H-60: Nyaman



Dibangun di atas lahan seluas 400 meter persegi, kesegaran melingkupi bangunan berarsitektur perpaduan tradisi Jawa dan gaya modern itu. Kegerahan khas Ibu Kota Jakarta seolah sirna saat kita memasuki taman di rumah kediaman Bu Nyoto. Taman itu sendiri dibangun di halaman belakang rumah. Untuk menciptakan suasana nyaman, di sudut taman dibangun bungallow dengan gaya semi tradisional. Ia menggunakan material berupa bambu sebagai tiang pancang. Lantai bambunya dilapisi oleh anyaman bambu nan rapi. Di tengah bungallow terdapat meja berukuran pendek yang bisa dipergunakan untuk bekerja maupun bersantai sambil minum teh di sore hari. Persis di sebelahnya, tanaman anthurium tumbuh segar. Kenyamanan taman bertambah dengan pemasangan lampu yang didesain dengan rotan sehingga berkesan natural. Rumput taman terpangkas rapi. Dinding rumah yang menghadap ke taman tertutup oleh sabut yang menjadi media penanaman bagi anggrek, paku tanduk rusa dan tanaman lain yang tertata rapi berdasarkan jenisnya. Saat sang empunya rumah menyuguhi saya dengan teh manis dingin beraroma lemon dan sereh, rasa gerah pun hilang dengan sempurna.

Kamis, 26 Maret 2015

Deskripsi H-59: Keras



Sudah dua hari tempe mendoan itu teronggok di piring meja dapur tanpa ada yang menyentuh. Adonan tepungnya telah mengeras. Tempe di bagian dalamnya pun mengalot. Jika digigit, mendoan itu terasa keras di gigi. Alot dikunyah, membuat mulut tidak nyaman. Tempo hari mendoan itu masih agak lunak. Supaya awet, ibu menggoreng ulangnya. Namun tentu saja tak bisa melunakkan mendoan itu. Tekstur dan rasa terbaik tempe mendoan memang adanya saat baru ditiriskan dari pendaringan kali pertama menggoreng. Dicocol dengan sambal kecap aduh... alangkah nikmatnya!