Sabtu, 31 Januari 2015

Deskripsi H-4: Citra

Shinta mendesah lagi. Belum lama rebonding, gara-gara hujan gerimis kemarin ikal rambutnya mencuat lagi. Uuh, harus keluar uang berapa lagi? Padahal belum gajian, keluhnya. Jam masih menunjukkan pukul 12.15 di kantin kantor. Astrid, teman satu divisinya begitu santai menyantap sop buntut goreng. Aduh jeng, wanginya itu lho menggoda sekali... air liur Shinta menetes. Tapi, begitu ingat kandungan kolesterol dan lemaknya sih no way! Makanya, waktu Astrid menawari, ia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Bayangan tubuhnya yang berisi di resepsi pernikahan nanti memporakporandakan hatinya. Sebentar lagi Shinta menikah. Umumnya tiap calon pengantin ingin citra tak terlupakan saat resepsi. Kulit putih bersih, rambut tertata indah serta tubuh langsing menjadi pencitraan sempurna sosok pengantin wanita ideal di mata para hadirin. Imaji cantik yang terlanjur digambarkan sebagai sosol wanita berkulit putih, rambut lurus panjang dan pinggang nan ramping telah lama mengusiknya. Untuk mewujudkan imajinasi itu, Shinta harus bekerja ekstra keras. Kulit aslinya yang berwarna sawo matang serta rambut asli yang ikal jauh dari bayangan citra cantik ideal dalam pikirannya. Pikiran yang terus menerus tersugesti oleh iklan televisi. Kenyataan tersebut membuatnya harus rajin ke salon untuk bleaching kulit dan rebonding rambut. Namun toh upaya Shinta tak sia-sia. Ia berhasil menggaet Wahyu, rekan divisi lain yang banyak dilirik cewek lain di kantornya. Yang penting sekarang gue sudah laku, senyumnya bangga. 

Jumat, 30 Januari 2015

Deskripsi H-3: Khianat

Aparatur negara khianat? Bukan berita lagi di sebuah negeri bernama Indonesia. Pengkhianatan berjamaah kian membudaya. Tidak hanya politisi, anggota dewan maupun aparat hukum turut melakukan penyelewengan. Seleweng kanan-kiri menjadi keseharian Akil Mochtar sebelum dijebloskan KPK ke bui. Padahal, sejatinya sebagai ketua Mahkamah Konstitusi ia harus menjaga gawang amanah rakyat. Dengan demikian, sebagai pengawal demokrasi idealnya beliau mampu memilah dan memilih kasus mana yang termasuk pelanggaran pemilu dan yang tidak. Siapa yang jujur, siapa yang curang. Akhirnya, pemenang sejatilah yang muncul. Demilianlah harapan awal masyarakat yang terwujud dalam sebuah lembaga bernama Mahlakam Konstitusi. Lembaga yang memiliki kekuatan mutlak tak terbantahlan bagi siapapun yang terlibat di dalamnya. Sayangnya, pengamanahan jabatan pada beliau pula yang ujungnya membuat citra MK tercoreng. Pilar-pilar hukum di Indonesia runtuh akibat kehilangan pondasinya. 

Kamis, 29 Januari 2015

Deskripsi H-2: Sorot

Lantai ruang sidang tersebut begitu hening semenjak aku menjatuhkan vonis mati pada pamanku sendiri. Tatap mata segenap pengunjung sidang tertuju pada sosoknya yang renta dan ringkih. Beberapa di antaranya tampak menaruh iba. Namun sorot mata paman seolah pasrah. Sejenak mata kami bertatapan. Bola matanya seolah ingin mengatakan padaku,”Nak, bukankah selama ini aku selalu berada di pihakmu?” Pandangan matanya mengabur berkaca-kaca. Namun air mata tidak sampai terjatuh dari pelupuk matanya. Betapapun sorotan matanya mencoba membujukku, sia-sia saja. Dia pantas diumpankan kepada anjing atas perbuatan khianat pada Korea! Aku adalah Jenderal Besar Kim Jong Un, Putra dari Kim Jong Il. Tiada yang bisa mengampuni dosa pengkhianatan pada negara sekalipun itu adalah pamanku sendiri. Memang, dahulu dialah yang menjadi tutorku dalam mengelola negara semenjak mendiang ayah sakit-sakitan. Namun, kemudian dia berbuat makar dan menggalang dukungan untuk menjatuhkanku. Aku geram. Sekali pengkhianat tetap pengkhianat! Maka dari itu dia harus mati!!!

Kemudian paman memejamkan matanya. Ia tak bisa berbuat apa-apa terhadap kerasnya keputusanku. Aku memandang ke arahnya dengan dagu terangkat. Kau pria yang lebih rendah dari anjing! Bajingan kau! Kemudian, kedua mataku terpejam membayangkan eksekusi yang akan dilakukan beberapa saat lagi itu. Aku tersenyum. Paman, kini kau akan rasakan manisnya membalas dendam... 

Pergi Berguru

Sejak kecil saya senang menulis. Saat duduk di bangku sekolah, terkadang saya mengikuti kejuaraan tulis menulis. Sempat juga menjadi juara menulis walau hanya tingkat lokal. Sebenarnya, cita-cita lama saya adalah menjadi seorang jurnalis. Namun sekian banyak kesibukan di bangku SMU membuat tak sempat mempelajari materi seleksi penerimaan mahasiswa baru di PTN. Terlebih, kampus Unpad yang jauh dari rumah pun cukup berat untuk ekonomi keluarga yang pada saat itu masih empot-empotan. Akhirnya, saya memilih kuliah yang relatif dekat dengan rumah saja dan relatif agak ringan di ongkos.

Menjalani karier sebagai ilustrator dan desainer grafis rupanya tidak bisa membendung hasrat untuk terus menulis. Setelah sekian kali ”diabaikan” oleh agency periklanan calon tempat menimba ilmu sebagai seorang copywriter, saya hanya bisa mengelus dada. Mungkin kemampuan menulis saya belum sampai situ. Saat sedang bingung hendak belajar menulis dari mana, pucuk dicinta ulam tiba, seorang rekan mengajak bergabung dengan klub menulis fiksi di Aksara Salman ITB. Grup tertutup ini membuat saya merasa nyaman untuk menggali informasi seputar dunia tulis menulis khususnya fiksi. Alhamdulillah, saya menemukan banyak teman yang bisa sama-sama memotivasi untuk terus menulis. Apalagi, di sini pun ada guru yang luar biasa hebat! 


Guru itu adalah Septina Ferniati. Wanita kelahiran 5 September 1974 ini adalah sosok yang sangat ramah dan murah hati. Ia dengan suka rela berbagi ilmu serta pengalaman dan perspektif baru pada anak-anak didiknya mengenai seluk beluk dunia literasi. Wanita lulusan Sastra Inggris Unpad ini selalu rajin memantau tulisan para murid dan mengkritisinya agar menjadi wow dan super sekali. Saya yang selama ini agak jarang menulis dan merasa sedikit kagok lama-lama terbiasa untuk menulis lagi. Kurang lebih setahun menimba ilmu di sini, saya merasa sangat terbantu karena ada sesuatu yang membuncah keluar sehingga membuat tulisan ini kian mengalir dan berwarna. Melalui wanita yang sudah menerjemahkan banyak karya hebat seperti ”Dead Poet Society” atau ”Misteri Soliter” inilah kemudian saya diperkenalkan pada guru selanjutnya.


Namanya Mariska Lubis. Wanita kelahiran 6 Agustus 1974 ini menimba ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti kemudian melanjutkan kuliah jurusan International Studies (dengan topik utama Politik Asia Tenggara) di Sydney University. Wanita yang pernah menjadi Redpel Cita Cinta ini punya kesibukan segudang hingga membuat kami hanya bisa menjumpai di kediamannya dengan kesempatan terbatas. Namun, cara mengajarnya sangat powerful. Ia menekankan pengajarannya pada kekuatan deskripsi serta perlunya identitas pada setiap penulis untuk membedakan dengan yang lain. Seorang calon penulis pun harus membiasakan diri untuk disiplin menulis setiap hari tanpa rasa bosan. Jika pun ternyata seseorang tidak menjadi terkenal dengan tulisan, setidaknya ia menghargai hidup dengan terus berkarya. Itu adalah point terpenting dan luar biasa yang bisa saya petik dari beliau.

Hingga detik ini, saya masih bermimpi menjadi penulis yang bisa memberikan inspirasi. Semoga perjalanan hidup kelak mempertemukan saya dengan guru-guru luar biasa berikutnya, Amiiin... 

Rabu, 28 Januari 2015

Deskripsi H-1: Diri

Salah satu cara latihan menulis deskripsi adalah mengambil sebuah kata. Kata ini lalu dibuat dalam bentuk jamak serta lawan katanya kemudian dipakai dalam pembuatan paragraf. Dari paragraf ini, pilih satu kata secara acak lalu buat bentuk jamak dan lawan katanya. Begitu seterusnya hingga 100 deskripsi tulisan. Lebih banyak tentu lebih baik. Manfaat latihan ini ialah memperbanyak kosa kata. Hingga 100 hari ke depan, saya akan terus mengupdate blog ini dengan beragam deskripsi.

#Deskripsi 1: Diri

Perkenalkan, aku Mr. Narsis. Jangan salahkan mengapa diri ini tumbuh menjadi pria narsis. Aku tampan, penampilanku keren, pandai bicara, pandai berkelahi, berani menghadapi tantangan, berkharisma, cerdas, dipuja banyak wanita, dan punya mobil mewah. Bahkan meski secara kedirian alias karakter kalian bilang aku dangkal atau minim empati, itu tetap tak akan menghilangkan daya tarik yang kumiliki. Jika kau ingin tahu nama asliku, baiklah akan kuberitahu. Namaku James Bond. Aku selalu memperturutkan keakuan-ku. Egoku tinggi, bahkan sangat tinggi. Namun kau tak bisa salahkan aku karena faktanya, aku pria yang sangat menarik. Kalian boleh bilang aku bad boy atau penjahat kelamin. Tapi lihat saja, hanya dengan sedikit memutar lidah dan mempermainkan sorot mata, kau akan jadi milikku. Lalu kau akan kubuang jika aku bosan. Itu sah-sah saja karena aku pemilik dunia, maka aku pantas mendapatkan segalanya dari kalian. Aku akan tersenyum saat kalian memujaku. Dan aku akan tertawa saat kalian menangis karena aku. Kalian tidak mengerti bitter sweet of love. Mencintai berarti harus siap merasa tersakiti. Dan aku akan membuat dunia bekerja sesuai dengan cara pikirku yang cemerlang, elegan dan dikagumi semua orang. Kau akan melihatku sebagai sosok tak terkalahkan. 

Senin, 26 Januari 2015

Berita Garing 03: Komisi III DPR: Stop Penyebaran Foto Novi

Jakarta, Kempes.com — Kepolisian didesak untuk menuntaskan kasus peredaran foto Novi Amelia yang hanya mengenakan busana “panas” saat diamankan setelah peristiwa kecelakaan lalu lintas, di Jalan Gajah Muda, Tamansari, Jakarta Barat. Langkah tegas kepolisian diperlukan agar kejadian serupa tidak terulang untuk kedua kalinya, tapi terulang untuk ketiga kali, keempat kali, dan seterusnya. Pada saat kejadian, Novi memang ditemui mengenakan kaos dan celana panjang berwarna merah bertuliskan “Hot”. Tidak hanya itu, terdapat unsur visual berupa gambar api dan cabai merah di bagian depan kaos.

"Harus diusut tuntas dan pelakunya diadili supaya polisi menangani perkara tersebut dengan cara lebih modern, yaitu setelah memfoto pelaku, langsung disebarkan ke jejaring sosial melalui smartphone," kata anggota Komisi III DPR Ahmad Baso di Jakarta, Kamis (18/10/2012). Hal itu dikatakan Baso menyikapi beredarnya foto-foto Novi saat diamankan di Mapolsek Tamansari, Jakarta Barat. Saat itu, Novi dalam keadaan labil dan hanya mengenakan “busana panas”. Bahkan, ada foto yang memperlihatkan tulisan “Hot” dalam ukuran kecil-kecil dan jumlah yang banyak khususnya di celana panjang yang dikenakan pelaku. Menurutnya, pelaku yang mengambil foto-foto tersebut lalu menyebarluaskannya harus dijerat dengan Undang-Undang Pornografi. Ini terkait dengan sentimen Baso terhadap makanan pedas yang membuatnya mencret-mencret saat kecil sehingga ia trauma dan melampiaskannya pada setiap kata “panas” dan “pedas” yang ditemui - termasuk menyangkut busana yang dikenakan Novi Amelia pada saat kejadian berlangsung.

Seperti diberitakan sebelumnya, Novi adalah seorang model yang menyerempet tujuh orang saat mengendarai Honda Jazz berwarna merah dalam keadaan mabok duren. Menurut Badan Narkotika Nasional, mabuk duren tidak seharusnya memiliki dampak signifikan seperti itu sehingga dicurigai, ia sebelumnya telah mengoplos duren dengan ganja dan ekstasi. (Pil ekstasi akan berasa pahit jika dikunyah-Red.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, Novi Amelia memang pernah berpose untuk majalah dewasa “Ngetop” yang bertemakan tentang kegiatan pria dewasa seperti memancing, golf, arung jeram dan panjat tebing. Saat itu, Novi difoto di gurun sahara pada siang hari bolong di musim panas nan panjang. Ia diharuskan mengenakan kaos 7 lapis, mantel 7 lapis, topi 7 lapis tanpa alas kaki sambil membakar ayam di atas pemanggang dengan arang super panas. Kemudian, ayam bakarnya diisi sambal ekstra pedas dan tangan kiri memegang gelas aluminium berisikan jahe panas sambil disorot lampu kamera dengan sinar cukup menyengat. Ia diminta oleh fotografer terus mengucapkan kata, "Panas... panas..." selama berpose.

Kepolisian, tambah Baso, harus mengusut tanpa menunggu pengaduan dari pihak Novi. Pihak kepolisian seharusnya menyesali kejadian tersebut karena Novi adalah korban dari kegagalan Polri dan pemerintah dalam memberantas peredaran duren yang dioplos narkoba. "Tindakan mengeksploitasi ‘busana panas’ Novi yang dalam keadaan tidak sadar akibat pengaruh duren yang dioplos narkoba adalah tindakan yang sangat biadab dan mencoreng wajah Polri sehingga wajahnya tampak seperti suku Indian" pungkas Baso.

Seperti diberitakan, Kepala Polsek Metro Tamansari Komisaris Maulana Hamdono mengklaim bahwa pihaknya telah berupaya secara maksimal melindungi Novi. Menurutnya, saat Novi dibawa ke Polsek, di kantor polisi itu sudah berkumpul banyak orang sehingga pihaknya tak mampu menghalangi sejumlah kamera yang dibidikkan ke arah model cantik itu. Polisi mengingatkan masyarakat bahwa meskipun Novi adalah juga bintang iklan mie instan “Selera Pedas”, namun mie instan bukanlah santapan yang layak bagi publik terlebih jika dikonsumsi setiap hari karena banyak mengandung MSG.

Berita Garing 02: Kemunculan Pocong di TPU Jeruk Parut Menggemparkan Warga

Jakarta, Kempes.com Lagi, Indonesia kembali dikejutkan dengan sejumlah fenomena gaib. Kali ini, peristiwa tersebut muncul di TPU Jeruk Parut yang merupakan areal perluasan dari TPU Jeruk Purut. Lokasi perluasan tersebut tidak jauh dari TPU Jeruk Purut, hanya berjarak sekitar 1000 km.

Berbeda dengan kawasan pendahulunya yang terkenal dengan keberadaan hantu pastor dengan kepala terpenggal, keberadaan TPU yang baru sekitar satu tahun cahaya dibuka ini langsung mengundang rasa penasaran warga seiring dengan fenomena munculnya sejumlah pocong secara acak pada malam Jumat kliwon.

Hasil inspeksi Departemen Kebatinan Republik Indonesia (Direktorat Kementerian yang baru dibentuk guna mengakomodir kebutuhan para pejabat pemerintahan untuk meningkatkan posisi, martabat, keberuntungan dan wibawa-red.) tadi malam menunjukkan antusiasme warga menyaksikan fenomena tersebut. Hal ini tampak dari ditemukannya sejumlah kembang tujuh rupa serta puntung rokok di berbagai sudut kuburan yang diduga kuat menjadi asal mula munculnya beberapa pocong tersebut.

Dari hasil pantauan Kempes, tampak beberapa bapak tampak sibuk dengan ponselnya. Saat redaksi mencoba mengorek informasi, diketahui bahwa mereka adalah pelanggan judi togel yang mencoba mencari peruntungan nomor yang keluar. Nomor tersebut didapat dari jumlah lompatan pocong dalam satu menit. Kemudian, para bapak ini menginformasikan nomor yang dipilihnya kepada bandar togel. Hal ini menjadi trend baru di dunia togel setempat menyusul kemenangan besar seorang warga yang telah menggunakan metode ini sebelumnya.

Selain kumpulan orang yang ingin meramal nomor togel, tampak pula sekumpulan anak-anak Sekolah Dasar berkumpul di sejumlah kuburan. Kemunculan para pocong secara acak ini rupanya membuat anak-anak tersebut memanfaatkan momen ini untuk bermain lompat tali. Akibat kemunculannya yang tak bisa diduga, tak ayal, permainan ini menjadi semakin menarik karena anak-anak harus berlari-lari sambil merentangkan tali di kuburan tempat posong tersebut muncul secara acak. Tak jarang, pocong-pocong ini melompati untaian karet gelang yang direntangkan anak-anak. Tidak hanya dapat melompat hingga sebatas kaki manusia, bahkan pocong ini pun dapat melompat hingga setinggi orang dewasa sehingga apabila mereka manusia, tentulah akan direkrut oleh para tim basket NBA karena berpotensi besar menyumbangkan point melalui aksi slam dunk-nya yang menakjubkan.

Para ibu rumah tangga pun tidak ketinggalan berkumpul untuk menyaksikan momen tersebut. Rupanya, mereka penasaran dengan detergen apa yang membuat busana yang dikenakan pocong itu tampak lebih putih dari baju-baju putih yang mereka punya. Namun, sayang sekali, hingga berita ini diturunkan, merk detergen tersebut belum diketahui.

Tidak hanya itu, fenomena ini pun mendatangkan sejumlah ilmuwan skeptis dari dunia barat yang meragukan keberadaan hantu. Dan, keskeptisan mereka terbukti dari terkaparnya para ilmuwan tersebut dalam keadaan tertidur pulas saat para pocong tersebut melancarkan aksinya. Rupanya, para ilmuwan ini kelelahan setelah sebelumnya menempuh perjalanan dari Eropa ke Jakarta selama berjam-jam.

Bahkan, Bang Majid yang belum lama ini bergabung dalam franchise pisang goreng pasir berencana membuka standnya semalam suntuk khusus pada malam Jumat Kliwon untuk mengakomodir kebutuhan energi akan kebutuhan makanan ringan dari warga yang penasaran ingin melihat arwah penasaran.

Mengingat potensi wisata yang menjanjikan dari fenomena ini, Departemen Kebatinan berencana mengkoordinasi para dukun berpengalaman untuk memanggil pocong-pocong lain yang masih malu-malu di alam kubur untuk menampakkan diri sehingga bersedia untuk ikut tampil dalam sesi foto booth yang diadakan di stand foto terdekat. Untuk itu, Pemerintah melalui Departemen Kebatinan berencana mengenakan tarif Rp.5000,00/satu kali foto untuk anak-anak di bawah 12 tahun dan Rp.10.000,00/satu kali foto untuk dewasa. Namun, upaya menjadikan TPU Jeruk Parut sebagai objek wisata di malam Jumat Kliwon ini masih memerlukan kajian dari banyak ahli sebelum keluar izin resminya.

Berita Garing 01: David Copperfield, Sang Magician yang Berguru Pada Tukang Ketok Magic

Blitar, Kempes.com Belajarlah ilmu hingga ke negeri Cina. Begitulah pepatah orang-orang tua pada zaman dahulu. Rupanya, pepatah itu pula yang membuat pesulap atau bahasa internasionalnya 'magician' David Copperfield memutuskan untuk berangkat ke Blitar khusus untuk mempelajari tentang ketok magic.

Pesulap kelahiran Metuchen, New Jersey, Amerika Serikat, 16 September 1956 ini memang tidak pernah kehabisan akal dalam mengembangkan inovasi-inovasi dan gaya sulap yang baru. Setelah terkenal dengan karya ilusi seperti yang terangkum dalam pertunjukan “menghilangkan” Patung Liberty, “terbang” di atas Grand Canyon dan “berjalan menembus” tembok besar RRC, kali ini David Copperfield berencana mempersiapkan pertunjukan bertajuk “selamat dari kecelakaan lalu lintas mematikan dengan ketok magic”.

Dalam konsepnya kali ini, alur pertunjukan ialah sebagai berikut. David Copperfield dirantai besi dalam keadaan terborgol kuat di dalam sebuah mobil bekas yang bisa dibilang mirip barang rongsokan. Kemudian, mobil bekas tersebut akan dilindas oleh sebuah traktor besar berkecepatan tinggi. Beberapa saat kemudian, dengan teknik sulapnya yang mumpuni, David Copperfield pun dapat melepaskan diri dari rantai dan berjalan keluar mobil dengan selamat.

Demi pertunjukan kali ini, Copperfield melakukan sejumlah riset ke berbagai penjuru dunia dan ditemukanlah “ketok magic” sebagai metode ampuh untuk menyelamatkan kendaraan yang penyok akibat benturan yang terjadi di jalan raya. Dan seperti kita ketahui, keterampilan memanfaatkan metode ini banyak dimiliki oleh orang-orang Blitar yang kemudian memotivasi Copperfield untuk berguru ilmu ketok magic langsung pada ahlinya. Menurut pemikirannya, bukan tidak mungkin ketok magic dapat dimanfaatkan sebagai unsur 'safety' demi mengurangi risiko kehilangan nyawa maupun kecelakaan fisik saat melakukan aksi sulap tersebut.

Menyinggung kontroversi seputar ketok magic yang ditengarai oleh beberapa kalangan sarat dengan campur tangan makhluk gaib (jin-red.), Copperfield mengatakan tidak terpengaruh oleh berita tersebut.

“Memang, sejumlah kalangan menyatakan demikian (ada campur tangan makhluk gaib dalam bengkel ketok magic-red.). Bahkan, sejumlah nara sumber yang saya temui di jalan raya kemarin mengatakan bahwa pada saat mobil kita yang penyok di service-kan ke tukang ketok magic, kita sebagai pemilik tidak boleh melihatnya agar tidak dicuri ilmunya. Nah, konon pada saat bengkel dalam kondisi tertutup itulah jin beraksi dengan kekuatan supranatural mengembalikan bodi kendaraan yang penyok seperti keadaan semula. Namun, bagi saya pribadi itu bukan masalah karena meski saya tidak kuliah di bidang fisika, namun setelah survey ke bengkel ketok magic, saya menemukan bahwa untuk memuluskan kembali kendaraan yang penyok, mereka memanfaatkan prinsip getaran. Dengan menggunakan logam panjang, ujung yang satu ditempelkan ke body kendaraan yang penyok. Kemudian, ujung yang satunya lagi diketok-ketok dan hasilnya, 'Woow magic!' Penyok pun hilang tanpa bekas!” ungkapnya kepada para wartawan.

Meski penelitian yang dilakukan David Copperfield belum mencapai final, harus diakui kesungguhan ini pula salah satunya yang mengantarkan Copperfield 21 kali memenangkan Penghargaan Emmy. Tidak hanya itu, jika pertunjukan ini berhasil, ia pun berniat untuk memajang alat ketok magic sebagai salah satu koleksi berharga di Museum Internasional dan Perpustakaan Seni Sulap yang ia miliki di Las Vegas, Nevada. Museum tersebut didirikan sebagai usahanya untuk melestarikan sejarah seni sulap, koleksi perangkat sulap antik, buku, dan benda-benda yang berkaitan dengan seni sulap serta mempertahankan keberadaan bengkel las maupun ketok magic yang rupanya tidak sedang berada dalam ancaman tergerus oleh kemajuan zaman di kota kelahirannya, Blitar.

Arti Segelas Teh

Malam itu menyenangkan. Walau dikelilingi wajah-wajah tak dikenal yang hanya kujumpai suaranya saat mereka menyapa di radio rasanya tetap asyik kok. Bahkan sekalipun mereka memandangku kurang bersahabat. Aku sendiri tak tahu mengapa, dan tak terlalu peduli mengapa mereka begitu. Memang pendengar radio eksklusif. Mereka komunitas yang solid. Tidak heran saat melihat sebuah wajah asing yaitu aku, pandangan mereka mengernyit. Itu bukan persoalan besar. Toh aku datang demi musik. Hampir semua genre lagu aku suka. Dan belakangan aku suka mendengarkan acara khusus yang memutar lagu-lagu Elvis Presley. Kebetulan  malam ini di Rumah Nenek Resto Cafe sedang ada acara off air membawakan lagu-lagu Elvis Presley. Meski sahabatku tak bisa menemani, mengapa tidak aku datang seorang diri?

Aku melihat daftar menu dan memilih makanan serta minuman yang ramah dikantong. Maklum belum gajian... Akhirnya pilihan jatuh pada omelet jamur dan mint tea. Sayangnya mint tea habis. Akhirnya aku ganti memesan blackcurrant tea.

Memang, namanya cafe, jual suasana. Omelet jamurnya enak, lembut. Meski begitu aku geli juga, kalau mau makanan ini bisa dibuat sendiri di rumah dengan rasa tak terlampau jauh berbeda. Namun sekitar 2009, teh blackcurrant instan kemasan kardus memang belum banyak dijual kecuali dalam kemasan botol. Kalaupun ada di toko makanan impor dan harganya lumayan. Jadi, tak ada salahnya menikmati teh jenis ini sekarang.

Kuseruput teh hangat sedikit demi sedikit. Penyanyi sedang membawakan lagu Elvis Presley yang nge-beat. Entah apa judulnya. Tehnya segar sekali. Gulanya tidak terlampau manis. Rasanya lembut, berbeda dengan teh botolan yang aroma serta rasanya kuat. Ini pasti teh impor juga. Kenyamanan dalam tiap tegukan kian menghangatkan malam itu. Akhirnya, aku pulang ke rumah dengan membawa perasaan senang.

Keluargaku memang punya tradisi minum teh. Selepas shalat subuh, ibu biasa membuat teh tubruk cap Tang, merk kesukaan keluarga. Beberapa tahun belakangan, merk yang muncul lebih variatif dan tidak melulu teh tubruk. Teh tubruk memang memiliki aroma serta rasa yang lebih pekat. Terlebih jenis teh melati. Kadang, ayah membawa teh tubruk olahan pertama dari perkebunan teh. Rasanya agak seperti abu karena tidak dicampur melati maupun wewangian lain. Teh jenis ini lebih baik diminum tawar karena kesegarannya lebih terasa. Di lain waktu, kami membuat teh tubruk poci. Meski sama-sama teh melati, rasanya berbeda dengan teh merk Tang. Demi kepraktisan, ibu pun membeli teh celup. Merknya kisaran Sariwangi, Sosro dan Prenjak. Sore hari menjelang maghrib, ibu membuat teh lagi. Total, sehari minimal 2 gelas teh kami minum. Jika hari panas, teh sisa pagi bisa diolah lagi dengan menambahkan gula dan es batu. Hmmm, segaaar...

Aku dan adikku adalah orang yang paling suka bereksperimen dengan rasa teh di rumah. Kami suka mencoba memasukkan buah maupun rempah-rempah ke dalam teh. Potongan apel cocok dihidangkan bersama teh hangat. Sementara, potongan strawberry lebih cocok untuk teh dingin. Lemon bisa dihidangkan baik untuk teh hangat maupun dingin. Bubuk kayu manis juga bisa memberikan rasa yang unik untuk teh hangat. Sayangnya meninggalkan ampas di dasar gelas. Salah satu favorit keluarga adalah teh sereh. Aku mendapatkan resepnya dari salah satu acara masak di televisi. Jadi, jerang air dan sereh di atas panci hingga mendidih, kemudian masukkan teh celup ke dalamnya. Beri parutan kulit jeruk purut, angkat. Tambahkan gula sesuai selera. Cocok sekali untuk diminum musim hujan. Jika sedang ada uang lebih dan sempat ke supermarket, adikku suka membeli teh lipton atau tong tji aneka rasa buah. Kakakku lebih suka teh hijau untuk kesehatan. Aku sendiri lebih menyukai teh walini. Teh asli buatan lokal dengan rasa dan kualitas bersaing.

Karena sudah bertahun-tahun dimanjakan oleh kehadiran teh di pagi dan sore hari, kadang aku terlena dan melupakan itu sebagai salah satu nikmat-Nya. Namun, ternyata begitu aku harus bepergian ke luar kota selama beberapa hari tanpa teh, rasanya kalang kabut. Pernah suatu ketika aku mengikuti sebuah acara workshop di luar kota selama seminggu. Sepulang dari sana, aku langsung mampir ke sebuah kedai hanya untuk membeli secangkir teh hangat. Dan begitu aku menyeruput seteguk, rasanya benar-benar seperti di rumah...

Jika sedang di luar rumah, aku senang makan di warung masakan sunda. Selain enak dan murah juga karena mereka menghidangkan teh hangat tawar sebagai teman makan nasi.  Sebuah keunikan tersendiri yang berakar dari banyaknya perkebunan teh yang dulu tesebar di Jawa Barat sejak zaman Belanda. Tak heran, teh murah meriah bahkan gratis di sini. Berbeda dengan saat aku makan di warung yang berada di Jawa Tengah atau Jawa Timur. Mereka menghidangkan teh manis - budaya yang konon berakar dari banyaknya pabrik gula yang tersebar di sana pada zaman Belanda. Dan tentu saja segelas teh manis ini berarti tambahan biaya.

Teh bagiku ibarat nikotin bagi perokok. Meski begitu, untunglah belum sampai taraf kecanduan. Orang yang kecanduan minum minimal 4 gelas teh per hari. Sementara, aku sendiri masih kisaran 2-3 gelas per hari. Minimal 1 gelas per hari. Sehari saja tanpa teh bagaikan tidak makan nasi. Hanya dalam kesempatan langka saja aku tidak melakukannya. Untuk mengurangi konsumsi gula, aku membatasi diri setidaknya dalam sehari hanya mengonsumsi segelas teh manis, sisanya tawar.

Di Indonesia sendiri sedang booming kopi. Kedai kopi bermunculan bagai jamur di musim hujan. Semua menawarkan konsep yang berbeda. Mulai dari warung pinggir jalan biasa, kopi ala Italia, ala amerika, hingga kopi lokal kualitas premium. Aku sendiri bukan pembenci kopi. Aku tidak keberatan minum kopi, sayang sekali efeknya kurang baik bagi pencernaan. Bahkan hanya minum kopi dengan kadar kafein ringan seperti latte, capuccino maupun white coffee tubuh sudah berontak. Jantung berdegup kencang, perut bagai teraduk-aduk. Dan anehnya, jika orang pada umumnya tak bisa tidur selepas minum kopi, aku justru lemas dan ingin tidur. Karena itu, kupilih jalur aman dengan mengkonsumsi kopi satu gelas per minggu saja...

Sekarang, apa sih produk yang luput dari branding? Begitu pula teh. Jika komunitas kopi sudah merajalela, komunitas teh baru menggeliat. Sejumlah produk seperti walini sudah gencar melakukan brand education agar penikmat teh memiliki wawasan dan kepedulian lebih mengenai teh. Aku sendiri tidak aktif disana. Namun, begitu menemukan artikel yang membahas teh di surat kabar misalnya, pandanganku tak beralih. Sebetulnya, Indonesia adalah salah satu negara dengan jenis teh terbanyak. Sayangnya karena luas lahan perkebunan teh kian berkurang dan teknologi belum memadai, produk lokal kalah bersaing. Padahal, di eropa sana ada pasar lelang teh yang menjual produk berkualitas. Indonesia belum sanggup menembusnya sekalipun berpotensi besar. Ironisnya, produk teh mentah Indonesia banyak yang diekspor keluar kemudian diolah, dikemas dan dipasarkan ulang oleh produsen luar dengan merk impor yang harganya meningkat sekian kali lipat. Dikatakan bahwa Indonesia belum seperti Jepang, Cina, Inggris maupun India yang memiliki tingkat konsumsi teh tertinggi dunia. Dengan jumlah penduduk besar, potensi teh masih dapat terus ditingkatkan.

Sekarang lupakan dulu soal branding. Di hadapanku ada sebuah gelas plastik teh tubruk yang baru beberapa saat lalu dituang air panas ke dalamnya. Sekuntum melati mengambang di atas permukaan air. Aku teringat sebuah cerita lucu mengenai teh melati. Pada zaman Belanda, hasil panen teh terbaik diekspor keluar negeri. Penduduk lokal hanya bisa menikmati teh kualitas lebih rendah. Maka, untuk mengakali rasanya yang kurang, masyarakat berkreasi menambahkan kuntum-kuntum melati ke dalamnya, menciptakan sebuah aroma yang tak terlupakan... Bagiku sendiri teh jenis apapun istimewa. Membuatku tak sabar ingin mencicip, barang segelas lagi... 

Manusia dan Sektor Transportasi

May Day sudah lewat jauh-jauh hari. Namun, sebuah spanduk dari salah satu parpol Islam di depan kompleks pabrik tekstil itu mengingatkanku kembali akan May Day atau Hari Buruh Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Mei lalu.

Kawasan pabrik tekstil di Rancaekek memang relatif jarang kulalui. Hari Minggu, 30 Mei 2010, kebetulan saya melaluinya persis pada saat bubaran pabrik, yakni sekitar pukul dua siang. Para pekerja keluar pabrik bergerombol. Kebanyakan di antara mereka ialah perempuan muda berusia produktif, meski ada pula beberapa pria muda. Penampilan mereka cukup modis, namun bersahaja. Derap langkah sepatu kets ramai terdengar. Di antara mereka, tidak terlihat wajah lelah, hanya kelegaan karena jam kerja akhirnya usai.

Dalam hati, saya bertanya-tanya: apakah mereka tidak mendapat jatah libur panjang sebanyak 3 hari (karena hari raya waisak yang bertepatan dengan Jumat, 28 Mei 2010 yang otomatis disambung dengan hari sabtu dan minggu) seperti umumnya pekerja kantoran? Ataukah memang shift kerjanya demikian? Atau barangkali ada jatah lembur dengan bonus lumayan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari? Entahlah, saya tidak tahu persis. Yang jelas, mereka berpencar ke arah yang berbeda sesuai kebutuhan masing-masing. Sebagian langsung naik angkutan umum ataupun motor pribadi menuju rumahnya. Sebagian telah ditunggu oleh para penjemput (baik itu keluarga, kerabat maupun kekasih) yang mengendarai sepeda motor. Sebagian lainnya berbelanja di seberang jalan yang dipenuhi para pedagang yang memanfaatkan jam bubaran pabrik dan hari minggu yang relatif ramai untuk mencari nafkah.

Ternyata, cukup banyak pula dari mereka yang memilih mengendarai sepeda. Ada yang bersepeda sendiri-sendiri, ada pula yang beramai-ramai. Kebanyakan berusia muda, dengan beragam aksesoris seperti tas, topi, jaket, celana dan sepatu yang berbeda, namun dengan satu kesamaan, yakni berkemeja warna biru muda. Beberapa bapak berkemeja kuning gading yang berusia paruh baya dari pabrik seberang turut meramaikan rombongan. Sambil bersepeda, mereka mengobrol ringan. Kebetulan, saat itu saya sedang dibonceng adik laki-laki saya naik motor. Tentu saja kecepatan laju kendaraan kami melampaui mereka semua. Di sepanjang trotoar, tampak pekerja perempuan berjalan santai di tengah terik matahari sambil sekedar mengobrol dengan rekan sebelah-menyebelah mereka. Namun, di badan jalan, ternyata ada ‘konvoy sepeda’ para pekerja pabrik lainnya yang terorganisir diikuti oleh sekitar 20-30 an sepeda. Mereka membentuk formasi yang unik: 4-5 pengendara perempuan bersepeda di depan, layaknya ujung tombak sebuah tim sepakbola. Tidak terlampau jauh di belakangnya, sekitar 6-8 pengendara pria mengikuti. Baru di belakang para pria ini, pengendara perempuan yang lain mengikuti. Jika diperhatikan, tampak bahwa para pengendara pria ini meski tampak santai tetap memantau rekan-rekan yang ada di depan dan belakang mereka. Mereka berkendara dengan kecepatan sedang, seakan menjaga ‘ritme’ agar semua orang berada dalam kondisi aman dari lalu lalang manusia maupun kendaraan jenis lain. Kerja sama tim yang solid sangat terasa di dalamnya. Jika dilihat dari kacamata ekonomi, sepeda memang merupakan kendaraan yang sangat terjangkau bagi masyarakat kecil. Kendaraan ini tidak memerlukan bensin atau perawatan yang wah, selain itu juga ramah lingkungan. Hanya saja, volume kendaraan bermotor di jalan raya yang padat membuat formasi 4-8-18 diperlukan agar tetap nyaman dan aman dalam mengendarai sepeda. Amat disayangkan, laju motor yang cepat pada akhirnya memisahkan saya dengan rombongan tersebut. Meski demikian, bayangan uniknya membekas cukup lama dalam ingatan saya.

Sebelum melalui jalur ini, kami melalui jalan Nagrek. Saat hendak memulai perjalanan, kami sudah mendengar mengenai kabar adanya sejumlah kecelakaan beruntun di jalur ini. Bagi pengguna jalan, jalur ini terdengar seperti ‘jalur tengkorak’ mengingat seringnya kecelakaan terjadi, khususnya pada saat liburan panjang. Kebetulan, kami melalui lokasi kejadian. Tampak sebuah kontainer jingga terguling di tepian jalan. Kontainer tersebut dikelilingi pita kuning polisi. Kendaraan cukup padat merayap. Dari sebelah kanan jalan, tampak polisi bermotor mengeluarkan aba-aba untuk mengamankan kondisi lalu lintas agar kejadian tidak terulang kembali. Rekan polisi yang lain mengatur lalu lintas dengan peluit dan aba-aba tangannya. Wajah mereka tampak lelah. Hal ini bisa dimengerti, karena pada saat warga lain berlibur, justru beban kerja mereka meningkat karena banyak pengguna jalan yang harus dijaga keselamatannya.

Mengingat rangkaian peristiwa ini, tampak bahwa sebuah sektor yang dinamai transportasi tidak hanya mobilisasi manusia, namun sebuah komponen yang membuat roda ekonomi dan kehidupan tetap berjalan. Bagi pekerja pabrik, transportasi adalah perantara untuk menghubungkan mereka kembali dengan orang terkasih, misalnya saat mereka pulang membawa uang gajian, makanan, atau buah tangan. Bagi sopir kontainer, dengan mengantarkan barang pesanan atasan ke tempat tujuan, berarti terbukalah sebuah jalan rezeki bagi orang rumah yang menanti. Bagi Pak Polisi, selain demi memberi nafkah keluarga, menjaga keamanan dan kenyamanan dalam bertransportasi berarti turut menjaga keselamatan orang lain hingga sampai ke tempat tujuan. Pada akhirnya,siapapun dia, setiap orang terhubung dengan yang lainnya. Sehingga, masing-masing harus menjaga diri sendiri dan pengguna jalan lainnya. Barangkali, inilah esensi dari disiplin berkendara.

Children’s Taught: Compete or Co-operate?

In the modern era, competition has its own place in this world. There are always hard-competition in science, technology and industry. Some parents worries about these facts. So, they are prepared their children to face the world-competition when they are growing up.

Nowadays, competition between children was a commonly secret. Not only for being their children smart student in the classroom, parents also encourage their child’s willing of competition. Their children involved in some extra-class outside of academic purpose such as ballet, piano, drawing, singing, dance, violin, etc. Was a really proudly event when their children being a winner or a champion in many races. For some parents, their children’s achievement is everything. They want to teach their children to be the best in all area of life.

On the other side, the parent’s competition of their children often builds up pressure to the children. The pressure has a significant effects like nervous, rising up the hatred of their fangs, the dislikes of subjects (especially when they are have no interest except their parents constraint), and bullying. Bullying is a serious problem in school. In many case, a serious bullying happened in highly-demand school. Parents, teachers and society demand for the children to be number one makes they threat psychologically. This emotion that they are feeling inside and not allowed to shows to their parents or teachers often exploded as abusive acts to another child, especially who low-esteem. Japan, example, face this problems seriously. Their government made an intervention in curriculum making for prevent the case has wider influences.

Meanwhile, some people think that a sense of co-operate in children should be encouraged-not competition. In my opinion, this alternative is more reasonable. Because, people not living alone. Children will grow up as adults and learning that the world is made by many hands, combination filed of works and prophecy. There is no another way except co-operate to maintain a good relationship between people and building up a better-life together. In my perspective, it is more important than make children always being number one.

In my conclusion, taught children to co-operate have better influences to their adulthood rather than competition. The children who taught by co-operate will become more useful adults because they are learned about how to share idea and distribute works in their own capability basic. Actually, we are knows that nobody is perfect. Everyone have their talents and weakness. So, people need to build up good-companionship by co-operate each other. But, it does not mean we do not need to compete. We still need to compete, but only with ourselves, not another. It is better when we increase our ability because of our interest or personal goal, not for win to another people weakness. We able to learn to love each other, not hatred or shamed somebody in the name of competition. Overall, this way able to made ideal condition for go environment of a child growing.


Drug and the Influence of Young People

Nowadays, some youth has experiment with both of legal and illegal drugs. And, the increasing of the use of legal and illegal drugs begins in early age.

The widespread of drug use by young people in modern day society came from some causes. A special character of young people is curious. One of this curious is legal and illegal drugs use. Parents and other member of society often give a bad example for them, sociologist claim. And, this influence has gone worse when celebrity – a part member of society that sometimes be an idol for them – use drugs too. The young people – who naturally searching who they are- from the closest environment (like friends, parents, teachers, movie and music stars), often misunderstand the ‘cool person’ image from this bad example. Music stars, example, glittering with beautiful women, rebel-image, fashionable clothes and cars, light spot of media and infotainment that made almost of young people want to be like them. But, many of them followed this instant way. If my idol is cool with drugs, I can be cool with drugs too. That is some false perspective that widespread among young people. In some case, drugs use is a part of socialization and initiation among young people. If young people want to receive well with groups or peers, they will act the same as their peers. If the peers use drugs, they will use drugs too.

In modern day society, widespread of drugs among young people gives many bad effects. One, their academics will be delayed. Some young people drop out from their school because of this case. Some of others should spend their youth time in rehabilitation centre. This is cut a chain to builds a healthy and meaningful young age. And, it is very embarrassing that they do not respect their life as well. The drugs used also being a bad example for another young people. Like a symbiosis, one drugs use influencing another. If there are no people try to cut this chain, no one can. And, the young people who involved in drug abuse also need some motivation from themselves to cut this chain and rebuilding their life.

In my conclusion, to help fight youth drug abuse, school and parents need to give advice how to be a good teen or young adult person earlier. Young people need a good image for a role model. The first thing that should be done is building self confidence among young people. They need to know what is the positive or negative role, what is the right and wrong self-image, where is the good or bad environment to involve, who is the good or bad groups to follows. Young people also need to know their talent and special character that make them unique and different from others and learning to proud of themselves. With the strong character, young people are not easily influenced by bad example and bad environment like drug abuse.

Internet Bring a New Freedom of Information for Indonesia

Some people says, success depend on someone desire. If the desire is not strong enough, failure shows as it proof.

In the positive statement, desire is the fundamental factor of success. “If there is a will, there is a way,” wise man said. Desire makes people dream. It is also direct people to have a brave to imagine something. Perhaps, this imagination is not soon to be true now. But, if they think and visualize it every day, it is not impossible anymore. Walt Disney, example, is a person who succeed in realizing his dream: building a giant playground that knows as Disneyland. Before it comesto be true, people make jokes of him, called that soon he not able to build his dream. But, now, we able to see that Walt Disney vision are possible. His wife said the success happened because of Disney’s visualization many years before. And, it comes from a simple way: desire.

In fact, there are many non-technical factors that are able to come as obstacle in someone’s desire. Sometimes, people do not get what they are worked for. And, this is related by lucky factor. Hard work not always a guarantee. There is a ‘God-factor’ above all for some religious person. And, this hard work is not meaningless, but a part of worship. This belief is helping us not to stress if in the future we do not get what we want.

In my perspective, success is not everything. And sometimes, failure directs us to unpredictable ways. And, this is not always worse if we compared by what we think before. The walkman invention, example, is an untentionally product. On the other hand, our goal may be change by time, but not decrease their means. It is just different with what people desire before.

In my conclusion, we need to be more flexible to mean the ‘success’ word. By the flexibility, we learn to respect our effort whatever we get after that. This is help us to learn about our process to be success. It is also direct us to see the possibility change of our desire and accept it as a part of our life. People do not have to be too demanding of their desire anymore. But, it does not mean by stops to act. They are only need to choose a well-balance mind for a better life.



Success or Failure

Some people says, success depend on someone desire. If the desire is not strong enough, failure shows as it proof.

In the positive statement, desire is the fundamental factor of success. “If there is a will, there is a way,” wise man said. Desire makes people dream. It is also direct people to have a brave to imagine something. Perhaps, this imagination is not soon to be true now. But, if they think and visualize it every day, it is not impossible anymore. Walt Disney, example, is a person who succeed in realizing his dream: building a giant playground that knows as Disneyland. Before it comesto be true, people make jokes of him, called that soon he not able to build his dream. But, now, we able to see that Walt Disney vision are possible. His wife said the success happened because of Disney’s visualization many years before. And, it comes from a simple way: desire.

In fact, there are many non-technical factors that are able to come as obstacle in someone’s desire. Sometimes, people do not get what they are worked for. And, this is related by lucky factor. Hard work not always a guarantee. There is a ‘God-factor’ above all for some religious person. And, this hard work is not meaningless, but a part of worship. This belief is helping us not to stress if in the future we do not get what we want.

In my perspective, success is not everything. And sometimes, failure directs us to unpredictable ways. And, this is not always worse if we compared by what we think before. The walkman invention, example, is an untentionally product. On the other hand, our goal may be change by time, but not decrease their means. It is just different with what people desire before.

In my conclusion, we need to be more flexible to mean the ‘success’ word. By the flexibility, we learn to respect our effort whatever we get after that. This is help us to learn about our process to be success. It is also direct us to see the possibility change of our desire and accept it as a part of our life. People do not have to be too demanding of their desire anymore. But, it does not mean by stops to act. They are only need to choose a well-balance mind for a better life.